Sebab, sejak dahulu, bahkan saat dihilangkan kalimat “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya”, umat Islam tidak ada masalah.
Karena sejak dulu umat Islam sudah toleran dengan ide dan keyakinan orang lain, wajar kalau disebut mereka yang agamais itu Pancasilais.
Jika sekarang ada yang mempertanyakan apakah umat Islam itu Pancasilais atau tidak, kata Irzal, orang itu tidak memahami sejarah awal mula Pancasila.
Irzal menuturkan, sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi ruh bagi semua sila dalam Pancasila. Sebab, sila ini menunjukkan warga negara Indonesia adalah mereka yang meyakini Tuhan.
“Kalau ada pemikiran yang kemudian berbenturan dengan keyakinan beragama, lambat laun hilang sendiri. Sebab, karakter warga kita memang lekat dengan religiositas,” ujar Irzal saat menjadi narasumber sosialisasi ideologi Pancasila dan wawasan kebangsaan di SDIT Nurul Ilmi, Kelurahan Sukamaju, Kecamatan Telukbetung Timur, yang diadakan anggota DPRD Lampung Syarif Hidayat.
I
rzal menambahkan, sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dimaknai dengan menghargai perbedaan. Toleransi, kata dia, juga sudah menjadi bagian dari kultur orang Indonesia sejak lampau.
Dan umat Islam, ujar dia, sudah sedari dulu pula menjadi bagian terbesar yang toleran terhadap keyakinan orang lain. (*)